INNER CHILD TERLUKA? APA ITU INNER CHILD?


                                             Apa itu inner child?

    Setiap dari kita memiliki inner child. Akan tetapi, inner child dari setiap individu pasti berbeda.

              Menurut ahli, inner child adalah ekspresi sisi masa lalu kita, mulai dari masa kanak-kanak hingga setelahnya. Simpelnya, inner child itu sosok anak-anak dari diri kita yang masih melekat dalam diri kita meski kita sudah dewasa.

               Anak kecil dalam diri kita tidak pergi, tapi menetap didalam tubuh kita dan kemudian membentuk diri kita saat ini. 

               Menurut Ikhsan Bella Persada, M. Psi, Psikolog menjelaskan bahwa inner child tidak terlihat kasat mata, tapi inner child menjadi bagian pada diri kita. Tidak hanya itu saja, inner child berada di bawah alam sadar, sehingga mempengaruhi cara bersikap ketika merespon suatu masalah. 

                Pengalaman baik atau buruk di masa kecil, dapat mempengaruhi inner child seseorang.

                Contohnya, jika ketika seseorang dikelilingi oleh sanak saudara atau teman-teman yang menyanyangi dan melindunginya, ia bisa tumbuh sebagai sosok yang penyanyang dan suka bergaul dengan orang lain.

                Berbeda dengan seseorang yang masa kecilnya mengalami kekerasan, pengabaian emosional oleh orang di sekitarnya, atau pengalaman-pengalaman yang buruk di masa kecil, ia akan menimbulkan trauma dan kesedihan di masa lalu yang tertinggal dalam diri kita untuk waktu yang lama dan ketika ada trigger tertentu, ia bisa timbul kembali ke permukaan. Inilah yang disebut dengan inner child terluka.

                Inner child merupakan salah satu komponen pembentuk karakteristik dari individu. Maka dari itu, inner child dapat mempengaruhi individu menjadi pribadi yang pemarah, tidak punya empati dan bahkan cenderung melakukan kekerasan di kehidupan dewasanya. Oleh karenanya, kita perlu menerima dan terkoneksi dengan inner child yang ada di dalam diri.

               Agar lebih memahami tentang inner child, kita perlu tahu bagaimana hal tersebut bisa terbangun pada si kecil. Tujuannya supaya kita bisa mengetahui pentingnya tahun-tahun pertama kehidupan si kecil untuk membangun inner child yang sehat.

                Menurut Dr. Nicole LePera, psikolog holistik dari philadelphia US, mengatakan bahwa kelahiran sampai usia 6 tahun adalah waktu yang paling berdampak dalam kehidupan kita. Kutip beliau, "Gelombang otak kita berada dalam keadaan theta, mirip dengan hipnosis. Kita menyerap semua yang ada, yaitu bahasa, cara hidup di dunia, cara menjalin ikatan dengan figur orang tua kita,"

        Ia juga menambahkan bahwa di usia tersebut, anak-anak menginternalisasi segala sesuatu yang dialami dan diketahuinya begitu saja tanpa mempertanyakan ulang kembali. Pada usia tersebut, berfikir kritis belum terbangun, sehingga anak juga akan percaya dengan segala pelabelan yang diberikan kepadanya. Contoh seperti, "si malas", "si cengeng", "si keras kepala" dan pelabelan lainnya yang sering kita ketemui. Anak-anak memaknai semua ini sebagai bagian dari dirinya.

                    Dari usia lahir sampai 6 tahun, anak masih bergantung pada pengasuh utama yaitu, orangtua. Dan akhirnya, anak menjadi kuatir jika terpisah dari orangtua ketika tidak melakukan semua pesan ataupun mengamini label yang telah diberikan kepadanya.

                   “Hasilnya adalah pengondisian. Pengondisian adalah perilaku dan keyakinan inti yang kita adaptasi untuk bertahan hidup,” imbuh LePera. Ia juga menjelaskan bahwa pengondisian itu membuat anak-anak bahkan sampai tumbuh menjadi dewasa akan terbiasa untuk menyangkal atau menekan bagian dari diri mereka sendiri yang dianggap tidak sejalan dengan "nilai" yang diberikan oleh pengasuh utama mereka.

                    Anak-anak meyakini bahwa ada sesuatu yang salah pada dirinya, ketika orangtua tak mau menerima atau memvalidasi bahwa yang ia rasakan atau yang ia lakukan benar, ujar LePera. Inilah yang akan menjadi penyebab trauma mereka hingga dewasa atau trauma batiniah. Anak-anak akan membawa trauma tersebut hingga dewasa dan akan menjadi masalah ketika trauma-trauma tersebut belum disembuhkan. 

                    Makanya, trauma-trauma yang belum bisa disembuhkan itu menjadi pemicu hadirnya inner child terluka.   


Apa sih inner child terluka? Dan apa yang menyebabkan inner child bisa terluka?

                    Inner Child Terluka adalah pengalaman dimasa kecil yang banyak menyebabkan trauma dan hal-hal buruk yang akan terbawa dan takkan terlupakan hingga dewasa.

                 Psikolog Ikhsan berkata, Inner child yang buruk bisa jadi masalah, karena pengalaman menyakitkan yang didapatkan, seperti kekerasan selama masa kecil, mengalami pengabaian oleh orang tua, atau orang penting di sekitarnya. Kemudian, kurang mendapatkan kasih sayang, atau malah terlalu dikontrol oleh orangtua juga dapat melukai inner child-nya,” 


          Secara karakteristik, orang-orang yang inner child-nya sedang terluka akan menunjukkan masalah dengan kepercayaan, keintiman, perilaku adiktif dan kompulsif, serta hubungan saling ketergantungan. Akibatnya, banyak dari mereka akhirnya memiliki attachment atau bonding dengan orang tua yang rendah.

                     Trauma masa kecil membawanya pada implementasi perilaku ketika dewasa, seringkali merasa tidak percaya diri, mudah marah, mudah tersinggung, anti kritik, takut disakiti orang, khawatir, cemas dan merasa tidak aman. Perilaku-perilaku tersebut sebagai bentuk pertahanan diri dari "bahaya" yang diciptakan oleh lingkungan sebagai bentuk manifestasi pola pengasuhan di masa kecil.

                      Inner child terluka cenderung membuat seseorang merasa tidak lengkap dan kehilangan kualitas-kualitas, seperti kejujuran, tidak takut, rasa aman, keinginan bersenang-senang dan tidak bersalah dalam diri. Hal itu membuat banyak orang akhirnya menghabiskan hidup mereka dengan mencari kualitas-kualitas tersebut dari luar diri mereka. 

Lalu, apa penyebab inner child terluka?

                    Ada banyak penyebab terjadinya inner child terluka, sebagian dari penyebab ini terlihat seperti hal yang wajar terjadi pada anak-anak. Akan tetapi, jika ia menghadapinya sendirian maka akan berpengaruh kepada perkembangan dirinya.

                    Berikut adalah beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan inner child didalam diri terluka :

    • Kehilangan Orang Tua
    • Pernah dilecehkan secara fisik
    • Pernah diabaikan secara emosional
    • Pernah mengalami pelecehan seksual
    • Pernah mengalami penindasan, perundungan (bullying)
    • Pernah mengalami perpisaha dalam keluarga
    • Pernah menjadi korban bencana alam
    • Pernah menjadi korban kekerasan
    • Pernah mengalami penyalahangunaan zat dalam Rumah Tangga
    • Ada anggota keluarga yang dahulu atau saat ini punya penyakit mental
    • Merasa terisolasi atau dijauhkan dari keluarga.
                     Apabila perilaku diatas tidak diatasi dengan baik, maka perilaku destruktif dapat terjadi. Bahkan dapat menghancurkan masa depan orang tersebut. Dampak yang akan terjadi adalah :

    • Mudah menyakiti dan melukai diri sendiri
    • Perilaku yang merugikan diri sendiri
    • Punya perilaku pasif-agresif, ketika marah cenderung kecewa atau dipendam
    • Punya sikap kasar yang mengarah pada kekerasan 

        Bagaimana tanda bahwa inner child sedang terluka?

                    Salah satu ciri bahwa inner child didalam diri sedang terluka adalah cara pandang kita pada dunia. Jika kita merasa bahwa dunia bukan tempat yang aman, mungkin ada trauma masa kecil mendalam yang pernah kita rasakan dan melukai inner child tersebut. Dibawah ini ciri-ciri yang harus kalian perhatikan :

    • Merasa ada yang salah dengan diri sendiri
    • Selalu berusaha menyenangkan semua orang
    • Terkadang merasa senang jika bermasalah dengan orang lain
    • Susah move on dari orang lain
    • Sering kali merasa cemas jika di hadapkan dengan sesuatu yang baru
    • Rasa bersalah jika memberi batasan pada diri sendiri kepada orang lain
    • Perfeksionis
    • Sering kesulitan memulai dan menyelesaikan tugas
    • Selalu mengkritik diri sendiri
    • Sering merasa malu saat harus menunjukkan perasaan
    • Malu dengan bentuk tubuh sendiri
    • Sering menaruh curiga pada orang lain
    • Berusaha menghindari konflik bagaimanapun caranya
    • Takut ditinggalkan

Lalu, bukankah inner child terluka bisa saja dilupakan?

                 Terkadang, situasi masa lalu yang melukai inner child kita bahkan sudah tidak lagi kita ingat. Sudah pasti tidak ada orang yang ingin mengingat pengalaman yang melukainya. Mereka tentu ingin melupakan pengalaman ini. Namun, justru, upaya itu membuat kita merasakan sakit yang mendalam.           

                Riset menunjukkan bahwa tubuh menyimpan luka emosional dan fisik. Meskipun kita berusaha keras untuk melupakan hal itu dan melanjutkan kehidupan kita, luka itu bisa saja tetap tinggal. Ketika trigger-nya datang, kita kembali merasakan luka dan trauma sebelumnya.

                    Pada beberapa kasus, hal-hal yang membuat trauma dan menyakitkan kita justru mendorong kita untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika kita sering dimarahi semasa kecil, kita memiliki tendensi untuk mudah marah. Hal ini merupakan bentuk pertahanan diri kita dari bahaya yang diciptakan oleh lingkungan agar situasi buruk yang dialami semasa kecil tidak lagi terjadi.

                     Dengan kata lain, hal ini lah yang nantinya akan membentuk alam bawah sadar kita ketika dewasa. Untuk bisa lepas dari kecenderungan kita yang disebabkan oleh pengalaman menyakitkan semasa kecil, kita tidak hanya harus melupakannya, tetapi benar-benar menyembuhkannya. Jika kita berusaha menghindarinya untuk merasa lebih baik, kecenderungan kita tidak akan pernah selesai.

 Hmmm... Terus inner child itu bisa disembuhkan ga sih?

                     Menyembuhkan inner child kita yang terluka adalah sebuah proses yang panjang dan sebuah perjalanan yang sangat personal. Setiap orang memiliki inner child-nya masing-masing dengan kondisi yang berbeda-beda, hal pertama yang perlu kita sadari adalah bagaimana hubungan kita dengan “anak kecil” dalam diri kita ini. Apakah kita sering menyapanya? Apakah kita sudah menerimanya sepenuhnya? 

          Bradshaw mengemukakan sebuah metafora tentang inner child, yaitu: “Ada kasih sayang yang muncul saat kita melihat seorang anak kecil. Pemikiran bahwa diriku yang dewasa merawat dan mengasuh anak kecil yang terluka dalam diri saya (inner child) yang tidak memiliki ayah dan mengalami banyak rasa sakit, ketakutan, kehampaan, dan kesepian, sangat membantu.” 

                       Kita haru menyadari bahwa setiap diri mempunyai inner child yang butuh diterima, dirangkul, diperhatikan dan dicintai. Karena yang bisa mengatasi sisi anak-anak yang hidup didalam diri hanyalah kita sendiri. Kita berusaha menghubungkan diri kita dengan sosok masa lalu kita yang terluka untuk berusaha bersama-sama menyembuhkan diri.

                Berikut beberapa cara untuk mengatasi dan menyembuhkan inner child terluka, yaitu : 

1. Memahami apa yang terjadi dalam diri

                                    Orang dengan inner child yang terluka biasanya akan memendam atau menunjukkan rasa negatif, seperti kemarahan, kecemasan, kekecewaan, atau ketakutan berlebih terhadap situasi yang berkaitan dengan pemicu traumanya.

                                    Meski begitu, tidak semua orang dapat dengan mudah memahami apa yang terjadi pada inner child dalam dirinya.

                                    Oleh karena itu, jika Anda merasa kesulitan untuk mengenali penyebab atau memahami perasaan negatif yang kerap muncul, cobalah untuk mencari pertolongan dengan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.


2. Menulis jurnal

                                    Bagi Anda yang belum bisa sepenuhnya menerima trauma masa lalu atau merasa enggan bercerita ke orang lain, menulis jurnal bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasinya.

                                    Selain sebagai media untuk melepas emosi, menulis jurnal juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan refleksi diri terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dilalui.

                                    Melalui proses refleksi tersebut, Anda dapat mengenali dan memilah hal-hal apa yang kurang baik dan ingin diubah, seperti sikap, perasaan, atau respons terhadap sesuatu.


3. Melakukan meditasi

                                    Meditasi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Namun, meditasi secara spesifik bermanfaat dalam proses penyembuhan inner child yang terluka.

                                    Meditasi dapat membantu Anda mengenali perasaan yang muncul, sehingga memudahkan Anda dalam mengontrol emosi pada kondisi yang memicu munculnya trauma.

                                    Selain itu, melalui meditasi Anda dapat lebih mudah menerima dan mengakui berbagai perasaan yang muncul. Seiring waktu, Anda terbiasa mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat sehingga tidak ada kemarahan yang terpendam atau pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.


4. Melakukan kegiatan yang menyenangkan

                                    Setiap orang umumnya memiliki aktivitas yang disukai atau hobi yang berbeda-beda. Dengan melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan, Anda bisa melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi dan membangkitkan energi positif dalam diri.

                                    Itulah langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menyembuhkan inner child yang terluka. Setelah berhasil mengenali dan mengatasi luka inner child, Anda tentunya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat menjalani hidup dengan lebih bahagia.


5. Bangun Kepercayaan

                                    Inner child kita membutuhkan dukungan. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk memvalidasi perasaannya serta tidak meninggalkannya (melupakannya) agar ia percaya bahwa kita akan ada untuknya. 


6. Validasi, Pahami, Sadari dan Terima 

                                    Luka kita di masa lalu yang mungkin disebabkan oleh orang lain, dapat terjadi karena berbagai hal. Boleh jadi, orang yang melukai kita di masa lalu, juga pernah terluka. Jika kita masih menolak dan tidak menerima luka kita di masa lalu, akan sulit untuk berdamai dgn inner child kita.


7. Validasi Segala Perasaan Yang Terjadi

                                    Validasi perasaan seperti marah, sedih, kesepian, dan perasaan lainnya. Setelah berhasil memvalidasi perasaan kita, kita akan mampu untuk jujur terhadap diri kita dan tidak menutupi diri kita dengan diri yang lain. Saat kita berhasil berdamai dengan perasaan terburuk kita, kita mampu keluar dari lingkaran itu dan menjadi diri kita yang sebenarnya.


8. Melakukan Sesi Ho’oponopono Pribadi

                                    Ho’oponopono adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, yang membantu kita membangun kembali hubungan dengan orang lain, tidak terkecuali dengan inner child. Langkah yang dilakukan dengan meluangkan waktu menyendiri dan melakukan selftalk :

                                   I am sorry”. Katakanlah pada diri sendiri karena telah memendam emosi negatif dan tidak berusaha menyembuhkannya

                                    Please forgive me”. Katakanlah rasa maaf yang mendalam pada inner child kita karena tidak peduli dan bahkan mencoba melupakannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan self love.

                                    I love you”. Ungkapkanlah bahwa apapun yang terjadi, kita harus mencintai diri kita tanpa syarat. Mencintai diri sendiri karena telah bertahan sejauh ini.

                                    Thank You”. Tunjukanlah rasa syukur akan kehidupan yang kita punya, termasuk pengalaman yang telah membentuk sosok kita yang sekarang, serta rasa syukur pada inner child yang telah bertahan dari luka yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat membantu kita melepaskan emosi negatif yang kita punya.

                                    Selain melakukan proses diatas, kita juga dapat memvisualisasikan dan membayangkan kembali pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalu. Dengan melakukan upaya ini, kita dapat menjadi lebih lega dan jujur pada diri sendiri. Jika merasa kesulitan dalam menghadapi inner child, kita dapat meminta bantuan pada ahli profesional seperti psikolog untuk membantu menyembuhkannya.

                                    Proses berdamai dengan diri sendiri tidaklah mudah. Terkadang, kita tidak mampu melakukannya sendiri dan membutuhkan pertolongan orang lain. It's Oke Not To Be Oke. Pengalaman sedih, takut, malu, tertinggal, kesepian, atau luka lain yang dialami di masa kecil dan belum terselesaikan, dapat berdampak pada kondisi emosional seseorang di masa depan hingga menghasilkan perilaku maladaptif yang dapat mengganggu produktivitas serta keberfungsian sebagai seorang individu. Jika hal tersebut terjadi dan tidak dapat kita atasi sendiri, penting untuk mencari bantuan seperti berkonsultasi dengan psikolog atau dokter kejiwaan agar dapat ditentukan terapi yang tepat, misalnya terapi perilaku dan kognitif. 

                                Sebagaimana WHO mendefinisikan sehat sebagai kondisi kesejahteraan keseluruhan yang meliputi fisik, mental, dan sosial, yang tidak terbatas pada kondisi bebas penyakit atau kelemahan, untuk mencapai kondisi sehat seutuhnya, kita juga perlu menjaga kesehatan mental kita sebaik-baiknya.


Komentar

Postingan Populer